(foto lainnya bisa diliat di multiply saya)
Jum’at, 8 Februari 2008
“Sejuuukk…”
Kata itulah yang keluar dari mulut adik-adik
Bus terus merambat naik. Di kanan-kiri jalan, tampak perbukitan, gunung, ladang, dan rumah-rumah penduduk di kejauhan yang tampak mungil.
Tiba-tiba, bus berhenti. Kami melihat ke depan, dan.. O oww.. Jalannya sudah mulai curam sekali. Di depan, ada tanjakan dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Bus ikhwan yang berada di depan bus kami juga berhenti, tampak ragu. Bus ikhwan ini kemudian mencoba naik, kami yang masih dibawah mengamati sambil menahan napas ngeri. Baru naik beberapa meter, bus sudah berhenti, tampaknya sudah tak kuat lagi berjalan.
Huff.. Dimulailah per-JALAN-an sesungguhnya. Hehe…
OMG! Begitu saya keluar dari bus, whuuusss… Langsung disambut oleh angin dingin. Udah jalannya nanjak, udara dingin gak ketulungan, masih melawan arah angin pula! Sampe sini, tampang semua orang jadi serius. Soalnya kalo naik sambil ketawa-ketiwi, takut tenaganya habis cuma buat nyengir doang.. hihi..
Sekitar 10 menit berjalan, kaki saya sudah mulai pegel. Sementara jalan masih terus menanjak, gak landai-landai juga… Okeiy, sampe sini saya harus mengakui kalo saya butuh riyadhoh lebih banyak lagi! Hiks.. Dan akhirnya saya berhenti, karena napas sudah mulai habis, paru-paru sudah terasa sakit. Saya duduk di pinggir jalan ditemani beberapa akhwat, sambil ditunggui beberapa ikhwan juga. Pfiuuhh…
Setelah istirahat sekitar 10 menit, kita jalan lagi. Beberapa meter di depan jalannya sudah mulai melandai sampai sekitar 20 derajat. Lumayan lah.. Setelah berjalan sekitar 1 jam, akhirnya kita nyampe juga di rumahnya Pak Idris, tempat kita menginap.. Selama berjalan itu, tau gak saya pake apa? Pake sendal jepit! Bo-doh-nyaaa!
Kaos kaki dijamin udah belang-bonteng-gak-karuan-deh-pokoknya.
Kita istirahat bentar, terus meeting di mushola yang letaknya tepat di samping rumahnya Pak Idris.
Habis itu, adik-adik yang akhwat masak mie instan, yang ikhwan kayaknya bersih-bersih di rumah tempat mereka tidur deh. Rumah tempat akhwat lumayan gede, dan sepertinya biasa dipake sama mahasiswa KKN atau pecinta alam serta kepanduan.. hihih.. Kemaren-kemaren panitia yang dari
Setelah dzuhur, makan siang pake mie goreng. Cukup mengenaskan, secara tampang semua orang gak ada yang tampak kenyang. Kita saling melempar senyum aneh, agak miris, separuh maklum, sedikit berasap (karena dingin tentunya), namun tanpa naluri atau nafsu menghabisi nyawa makhluk hidup lain di sebelahnya (terutama yang nampak lebih kenyang) ..
Habis itu, beberapa orang adik-adik ikhwan dan akhwat turun ke pasar Ngablak, buat belanja bahan makanan dan sembako yang akan dibagikan besok. Tidak jalan kaki tentunya. Tapi naik truk pick up, the one and only means of mass transportation around.
Sorenya, masak mie instan lagi, kali ini mie rebus. Mendingan, ditambahin daun selada yang dipetik langsung dari ladang. Masih mengenaskan. Dimana-mana orang kalo gak makan nasi emang kagak kenyang yak?
Masuk waktu Isya’, ikhwannya pada solat di masjid. Setelah solat Isya’, mereka mengadakan pertemuan dengan penduduk desa di masjid itu. Intinya, memperkenalkan diri sekaligus menyatakan maksud dan tujuan mereka datang ke
Trus tidurr. Biarpun udah tidur di dipan, udah dempet-dempetan, udah pake baju, jaket, sarung berlapis, teteup menggigiill.. Brrr.. Sampe jam 12 saya masih gak bisa tidur euy.. Dingin mampus! Kata akhwat pemandu yang tidur nempel disebelah saya, semaleman saya tu menggigil terus, beliaunya sampe ikut bergetar. Hihih.. Asli, emang dingin banget. O iya, sore itu kita gak ada yang mandi, pada gak berani lah, airnya aja kayak air es.
That’s it for today!