Wednesday, February 13, 2008

The Adventures at Ngablak (Hari Pertama)


(foto lainnya bisa diliat di multiply saya)

Jum’at, 8 Februari 2008

“Sejuuukk…”

Kata itulah yang keluar dari mulut adik-adik Malaysia ketika bus yang kami tumpangi mulai memasuki kawasan Merbabu. Sejuk disini maksudnya ‘dingin’. Soalnya udara memang sudah terasa dingin menusuk tulang. Saya sempet heran, udara dingin begini kok dibilang sejuk.. Tapi kemudian, setelah beberapa lama, mereka mulai menggigil sambil berkata “Sejuk sangat..!”

Bus terus merambat naik. Di kanan-kiri jalan, tampak perbukitan, gunung, ladang, dan rumah-rumah penduduk di kejauhan yang tampak mungil.

Tiba-tiba, bus berhenti. Kami melihat ke depan, dan.. O oww.. Jalannya sudah mulai curam sekali. Di depan, ada tanjakan dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Bus ikhwan yang berada di depan bus kami juga berhenti, tampak ragu. Bus ikhwan ini kemudian mencoba naik, kami yang masih dibawah mengamati sambil menahan napas ngeri. Baru naik beberapa meter, bus sudah berhenti, tampaknya sudah tak kuat lagi berjalan. Para ikhwan bergegas turun dari bus dan memberi tahu kami untuk turun juga dan berjalan kaki menuju tempat kami menginap.

Huff.. Dimulailah per-JALAN-an sesungguhnya. Hehe…

OMG! Begitu saya keluar dari bus, whuuusss… Langsung disambut oleh angin dingin. Udah jalannya nanjak, udara dingin gak ketulungan, masih melawan arah angin pula! Sampe sini, tampang semua orang jadi serius. Soalnya kalo naik sambil ketawa-ketiwi, takut tenaganya habis cuma buat nyengir doang.. hihi..

Sekitar 10 menit berjalan, kaki saya sudah mulai pegel. Sementara jalan masih terus menanjak, gak landai-landai juga… Okeiy, sampe sini saya harus mengakui kalo saya butuh riyadhoh lebih banyak lagi! Hiks.. Dan akhirnya saya berhenti, karena napas sudah mulai habis, paru-paru sudah terasa sakit. Saya duduk di pinggir jalan ditemani beberapa akhwat, sambil ditunggui beberapa ikhwan juga. Pfiuuhh…

Setelah istirahat sekitar 10 menit, kita jalan lagi. Beberapa meter di depan jalannya sudah mulai melandai sampai sekitar 20 derajat. Lumayan lah.. Setelah berjalan sekitar 1 jam, akhirnya kita nyampe juga di rumahnya Pak Idris, tempat kita menginap.. Selama berjalan itu, tau gak saya pake apa? Pake sendal jepit! Bo-doh-nyaaa!

Kaos kaki dijamin udah belang-bonteng-gak-karuan-deh-pokoknya.

Kita istirahat bentar, terus meeting di mushola yang letaknya tepat di samping rumahnya Pak Idris. Adik-adik Malaysia mulai membuat rencana kegiatan mereka disini. Sementara kita, pemandunya, hanya mengawasi saja. Soalnya, dalam kegiatan ini, mereka memang diberi kebebasan untuk membuat kegiatan apa saja yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Jadi, sebenernya, panitia dan pemandu gak begitu banyak kerja sih.. Hehe..

Habis itu, adik-adik yang akhwat masak mie instan, yang ikhwan kayaknya bersih-bersih di rumah tempat mereka tidur deh. Rumah tempat akhwat lumayan gede, dan sepertinya biasa dipake sama mahasiswa KKN atau pecinta alam serta kepanduan.. hihih.. Kemaren-kemaren panitia yang dari Jakarta sempet cerita kalo mereka dapet tempat ini gara-gara dulu pernah dipake mukhoyyam sama anak kepanduan.. Bagoooeess…

Setelah dzuhur, makan siang pake mie goreng. Cukup mengenaskan, secara tampang semua orang gak ada yang tampak kenyang. Kita saling melempar senyum aneh, agak miris, separuh maklum, sedikit berasap (karena dingin tentunya), namun tanpa naluri atau nafsu menghabisi nyawa makhluk hidup lain di sebelahnya (terutama yang nampak lebih kenyang) ..

Habis itu, beberapa orang adik-adik ikhwan dan akhwat turun ke pasar Ngablak, buat belanja bahan makanan dan sembako yang akan dibagikan besok. Tidak jalan kaki tentunya. Tapi naik truk pick up, the one and only means of mass transportation around.

Sorenya, masak mie instan lagi, kali ini mie rebus. Mendingan, ditambahin daun selada yang dipetik langsung dari ladang. Masih mengenaskan. Dimana-mana orang kalo gak makan nasi emang kagak kenyang yak?

Masuk waktu Isya’, ikhwannya pada solat di masjid. Setelah solat Isya’, mereka mengadakan pertemuan dengan penduduk desa di masjid itu. Intinya, memperkenalkan diri sekaligus menyatakan maksud dan tujuan mereka datang ke Indonesia, khususnya lagi datang ke desa mereka. Sementara akhwatnya ngebungkusin sembako di rumah.

Trus tidurr. Biarpun udah tidur di dipan, udah dempet-dempetan, udah pake baju, jaket, sarung berlapis, teteup menggigiill.. Brrr.. Sampe jam 12 saya masih gak bisa tidur euy.. Dingin mampus! Kata akhwat pemandu yang tidur nempel disebelah saya, semaleman saya tu menggigil terus, beliaunya sampe ikut bergetar. Hihih.. Asli, emang dingin banget. O iya, sore itu kita gak ada yang mandi, pada gak berani lah, airnya aja kayak air es.

That’s it for today!

Thursday, February 07, 2008

The Adventures at Ngablak (prolog)

Hari jumat pagi besok, saya berangkat ke sebuah desa di kecamatan Ngablak, Magelang. Nama desanya saya lupa, tapi kata yang udah survei lapangan, lokasinya deket gunung merbabu, jalannya berkelok-kelok. Saya disana mulai jumat besok sampe ahad.

Ngapain? Nah, ini dia yang seru!

Saya dan beberapa orang rekan, dimintai tolong untuk menjadi pemandu bagi pelajar smu dari Malaysia. Mereka ini baru lulus smu, dan sedang mengikuti semacam program pengembangan diri. Ada 18 putra, dan 17 putri. Mereka sudah ditraining sewaktu di Malaysia dan juga di Jakarta, jadi ketika di Ngablak nanti, kita tinggal lihat, apa yang bisa mereka berikan buat masyarakat disana.

Hasil briefing dari panitia sih, kita para pemandu tugasnya gak banyak. Pemandu harus jadi 'penerjemah' seandainya ada kendala bahasa. Pemandu juga harus mengarahkan peserta dan menjaga ruhiyahnya. Yang paling berat, pemandu bertanggungjawab atas keselamatan mereka.

Keliatannya bakal seru abis nih! Petualangan dimulai...