Saturday, November 24, 2007

I'm home..

Yup, feels good to be back. Senangnya, kembali menapak di tanah Sumatera… Emh, hey.. wait.. saya rasa saya belum benar-benar menapakkan kaki saya di tanah Sumatera deh.. Secara sejak nyampe Palembang hari Selasa kemaren, saya gak pernah keluar rumah tanpa sendal atau sepatu. Hold on a second will ya..

(a few minutes later)

Okey, it’s done. Sekarang baru saya benar-benar merasakan tanah Sumatera di telapak kaki saya. Setelah nyari-nyari lokasi dimana ada tanah di belakang rumah. Soalnya it’s nearly impossible to be on the frontyard, without having my socks on my feet. Hehe.. Saya baru nyadar kalo hampir semua tanah di dalam pagar rumah –orangtua- saya sudah ditutupi, baik oleh semen (most of them, really) atau oleh rumput.. Well, it feels warm.. Sekarang baru ngerasa puas. –okay now, stop worrying about stupid details. Start talking about something important, please!—


Well, let me think..

Hmm, got nothing in mind..

Hmmm…

…………………

Do we have to talk about something important?

Okay, since I feel rather stupid now, and also being annoyed with the fact that I really want to continue reading that Harry Potter book, I guess…

That’s all folks!

-gee, it seems like I got contaminated with the book, the Harry Potter book. It’s in English you know, and I started to talk in English all the time! Even my heart and my brain are discussing things in English! Weird.. Watermelon deh! ^_^-

Tuesday, November 20, 2007

Sisa Pulsa Rp -5

Hari Kamis sore, sekitar jam 15.00 WIB, saya lagi asik GPRS-an. You know, melarikan diri sejenak dari dunia ‘nyata’ menuju dunia ‘maya’. Tiba-tiba aja, koneksinya ngadat, trus muncul error message. Saya menduga, pulsa saya pasti udah gak cukup buat akses internet nih.. Yo udah, saya tutup aplikasi Opera Mini-nya. Trus saya coba ngecek sisa pulsa di Kartu As saya itu.

Hah? Sisa pulsa Rp -5? Kagak salah nih? Saya cek lagi, eh tetep sama juga.. Emang bisa ya pulsa As di-minus-in? Gimana mekanismenya tuh? Jangan-jangan kartu saya yang error nih.. Ah, tau gini jadi nyesel nekat GPRS-an pake Kartu As. Soalnya, biasanya saya GPRS-an pake Mentari. Soalnya, sudah terbukti, tarif GPRS-nya jauh lebih murah. Tapi gara-gara pulsa Mentarinya abis, saya terpaksa pake yang As.

Eh, terus, kalo misalnya saya isi pulsa 10.000, sisa pulsanya jadi 9.995 gitu? Padahal, waktu saya nyoba nelpon ke satu nomor (biasanya kan kalo pulsanya gak cukup, ada si mbak yang dengan baik hatinya memberitahu nilai pulsa terakhir), si mbaknya bilang sisa pulsa saya Rp 0. Kalo menurut perhitungan mbaknya begitu, berarti kalo saya isi pulsa 10.000, harusnya mbaknya bilang sisa pulsa saya ada 10000 toh? Alih-alih 9990? (dengan asumsi bahwa jika dicek melalui *888# sisa pulsa tertulis 9995, maka sama mbaknya pasti dibaca 9990).

Bingung? Sama.. Lagian, kayaknya kok gak material amat ya, cuma soal pulsa 5 rupiah aja.. Ya, anggap aja saya lagi gak punya bahan tulisan yang lain buat di post di blog ini.. hehe.. By the way, saya jadi penasaran sama si mbak yang baik hati itu. Jadi pengen kenalan deh.. Dikasih royalti berapa duit ya atas penggunaan suaranya itu.. Ow.. ow.. siapa dia? Bolehkah aku melihat raut wajahnya.. Ow.. ow.. siapa dia?

Monday, November 05, 2007

Tragedi Senin Kelabu

Jadi gini, tadi pagi sekitar jam 8, saya terbangun (lagi) setelah tidur sekitar 2 jam.. Haha, perilaku jelek tidur lagi setelah solat subuh.. Hihi.. Pas mau ke kamar mandi, ups.. baknya kosong.. Ya udah, idupin pompa air lah, tunggu punya tunggu (hiih.. bahasa apa pula ini) kok airnya gak ngalir-ngalir ya?

Hmm.. berpikirlah saya di depan pintu kamar mandi itu.. Tiba-tiba, anaknya ibu kos muncul dan berkata "Pompa airnya lagi rusak mbak.. " Gubraaakk..! Matilah saya.. Belum mandi, udah jam 8 lewat, padahal harus kuliah jam 9.40.. Hyaaa.. Paniiikkk..

Mulai, sms orang-orang yang kosnya deket sama kosan saya.. Huihi.. "Numpang mandi doong.." Alhamdulillah, dapet tumpangan juga.. Sekitar jam 9 balik ke kosan, udah lega..

Kayaknya ini akibat tidur lagi setelah solat subuh deh.. Hehe, besok-besok kapok ah..


--Syukron katsir buat warga kosan Wisma Fathiya, especially Ayu.. Juga buat Iffah yang udah nawarin mandi di kosnya (walaupun telat..) Jazaakillah khairan katsir ya ukhti..--

Thursday, November 01, 2007

Lebih baik dia buta…


“Bagaimana denganmu, dik?” tanya Mbak Dewi sore itu. Aku diam saja. Ada sesuatu dalam pertanyaan itu yang membuatku merasa risih. Tentu saja aku merasa risih. Ketika seseorang ditanya tentang kriteria pasangan hidup, padahal seseorang itu merasa sudah cukup umur untuk menikah namun belum ada yang ‘datang’, bukankah pertanyaan itu sedikit menjebak?

Pertanyaan itu tidak kujawab. Setidaknya, belum. Ingin sekali aku menjawab, tapi lidah ini terasa kelu. Tidak pantas rasanya aku mengharapkan seseorang. Siapakah aku ini? Sampai begitu beraninya menetapkan kriteria bahwa pasanganku nanti harus begini, harus begitu, seperti ini, seperti itu.. Hina! Aku ini hina!

Pagi itu, aku berjalan menyusuri jalan yang masih lengang. Dari kejauhan aku melihat ada dua orang lelaki yang berjalan berlawanan arah denganku. Ketika semakin dekat, aku melihat cara mereka memandangku. Menjijikkan! Tatapan matanya, senyumnya, biadab! Aku cepat-cepat menunduk dan berjalan setengah berlari menjauhi mereka. Dari jauh aku masih bisa mendengar suara mereka tertawa. Alhamdulillah, Kau luputkan aku dari malapetaka…

Itu bukanlah yang pertama kalinya. Sudah seringkali aku mendapati lelaki yang memandangi wajahku lekat-lekat dan tersenyum nakal, atau menggoda, memanggilku dengan nama yang kurang ajar. Apa yang mereka lihat? Aku berjilbab! Mataku seringkali tertunduk! Aku merasa risih jika di dalam bus misalnya, ada lelaki yang tak henti-hentinya memandang ke arahku dan terang-terangan mengamati wajahku. Apa yang salah pada diriku? Kenapa lelaki itu memandangiku?

Pertanyaan itu dijawab oleh Mbak Dewi di suatu sore. “Karena kamu cantik..” Cantik? Hhh.. ingin rasanya aku tertawa terbahak-bahak ditambah berguling-guling di pelataran jalan Malioboro di malam Minggu! “Apalagi kamu punya sesuatu yang lain. Ada aura tertentu yang membuatmu semakin bersinar dan itu menambah kecantikanmu. Kamu punya inner beauty..” Aku diam.

Rasa maluku sudah tak tertahankan lagi. Aku menganggap kejadian di dalam bus itu sebuah penghinaan! Kejadian paling memalukan! Hampir saja aku mengambil keputusan untuk bercadar saja. Supaya tidak ada yang bisa melihat wajahku. Tapi ada konsekuensi yang lebih berat lagi yang harus kutanggung ketika aku memakai cadar. Dan aku tidak yakin aku bisa menjalani konsekuensi itu.

Tiba-tiba aku teringat pada pertanyaan Mbak Dewi beberapa hari yang lalu. Tentang kriteria pasangan hidupku. Inikah jawabannya? Aku tidak suka jika ada orang yang menyukaiku karena wajahku. Aku tidak suka jika ada orang yang mencintaiku karena wajahku. Itu berarti dia tidak benar-benar menyukai dan mencintaiku, tapi hanya menyukai dan mencintai wajahku. Jawaban itu datang tiba-tiba melalui nalar logika sederhana.

“Lebih baik dia buta..”


Yogyakarta, 28 Oktober 2007, 07.43 PM
--cerita ini terinspirasi dari curahan hati seorang ukhti yang muak dengan penilaian orang-orang (terutama kaum adam) terhadap dirinya yang hanya didasarkan pada penampilan wajahnya saja.. ehm, of course, it wasn’t me.. hehe..--