Saturday, June 30, 2007

Post Power Syndrome

Baru 2 hari balik ke 'mantan' kampus, suasana post power syndrome-nya sudah sangat terasa. Bener2 bikin geleng2 kepala.. Betapa kondisi seseorang bisa jadi jauh berbeda, ketika disibukkan oleh amanah tugas dan ketika 'job' dan 'orderan' mulai sepi..

Beberapa teman masih beruntung, karena walaupun sudah tidak pegang amanah di organisasi, masih dibutuhkan tenaganya di sejumlah kepanitiaan. Tapi sebagian yang lain? Wah..

Kekosongan waktu yang secara mendadak jadi melimpah ruah, membuat bingung. Ujungnya, malah diisi dengan obrolan seputar pernikahan dan sejenisnya. Setidaknya, itulah yang terjadi pada beberapa teman saya yang padahal dulunya tidak punya riwayat WO (Walimah Oriented).

Lah saya? Cuma bisa planga-plongo aja kalo mereka udah mulai kumat.. Sambil tutup kuping.. Pengennya si, sambil sekalian teriak "Weeiiiyy.. aku baru mau mulai kuliah lagi nii..!! Please, jangan diracuni dulu ya!"

Thursday, June 28, 2007

Blogging Lewat Handphone



Apakah Anda blogger sejati? Jika ya, atribut ini sesuai untuk Anda. Dengan atribut kronologis, Anda dapat terhubung dengan blog Anda setiap saat melalui ponsel.

Setelah berhasil membuat blog, entah menggunakan Wordpress, Blogspot, Modblog, Blogsome, Xanga, Friendster, ataupun Multiply, kini saatnya menambahkan atribut pada blog Anda. Setiap blogger pasti sudah familiar dengan atribut-atribut tambahan yang sering digunakan dalam sebuah blog. Pada umumnya, atribut tambahan tersebut diletakkan di bagian kiri ataupun kanan blog.

Pada artikel ini, CHIP akan memperkenalkan atribut blog yang belum banyak dikenal pengguna blog, yaitu atribut Kronologis. Kronologis merupakan atribut tambahan yang berisikan kegiatan pemilik blog waktu demi waktu. Uniknya, posting yang dilakukan oleh pemilik blog dilakukan melalui ponsel atau hp. Lalu, secara otomatis, berita yang diposting oleh blogger akan ter-update di blog miliknya, entah di Blogger.com, Wordpress, ataupun dalam blog dengan domain miliknya sendiri.

Berikut ini panduan singkat cara menambahkan atribut Kronologis dalam blog Anda. Pertama, daftarkan nama Anda di website kronologis.com. Website kronologis.com merupakan website yang didesain khusus untuk pengguna ponsel dan PDA. Jadi, jangan heran kalau tampilannya amat sangat sederhana (tanpa gambar) dan tanpa animasi sedikitpun! Untuk bisa sering-sering melakukan posting kronologis, dibutuhkan ponsel yang memiliki feature browsing, seperti OperaMini dan akses internet/GPRS.

1. Membuat Account: Buatlah account di http://kronologis.com . Caranya mudah, kunjungi website kronologis.com lalu pilih menu daftar baru. Anda cukup memasukkan username yang dikehendaki dan password, serta verifikasi password dengan benar.
2. Lakukan Login: Setelah selesai registrasi, lakukan login menggunakan username dan password. Untuk mencoba atribut ini, pilih menu “Posting Kron” lalu tulis kegiatan yang sedang Anda lakukan saat ini. Setelah selesai, tekan “Submit”. Akan ada konfirmasi jika posting Anda telah masuk.
3. Integrasikan posting: Integrasikan isi posting Anda pada kronologis dengan blog Anda. Sebaiknya, gunakan PC untuk melakukan proses kronologis awal. Untuk itu, masuk ke kronologis.com, lalu pada menu “RSS”, klik menu “Script HTML untuk dipasang di website kamu”. Kemudian copy-paste script tersebut ke dalam blog Anda.

(diambil dari majalah CHIP Spesial Blogging)

Wednesday, June 20, 2007

Ber-Assalamualaikum dalam SMS

Sebuah friendster message dari seorang teman menginspirasi tulisan saya ini. Pesan yang sudah diforward berkali-kali itu menyarankan supaya ketika menulis ‘Assalamualaikum’ di dalam sms, sebaiknya tidak disingkat. Tulislah ‘Assalamualaikum’. Atau jika dirasa terlalu panjang, maka tulislah ‘Salam’ yang dianggap memiliki arti yang sama dengan Assalamualaikum.

Begitu menurut pesan itu. Lantas saya jadi teringat, dulu saya biasa menggunakan singkatan ‘Aslmkmww’, kemudian berubah jadi ‘Aslkm’, kemudian belakangan malah cuma ‘Assww’. Tapi jujur, saya gak berani pake singkatan ‘Ass’, hehe.. Soalnya dalam Bahasa Inggris, kata itu ‘agak’ tidak enak didengar. Tapi yang jelas, saya memang tidak hendak menghilangkan ‘Assalamualaikum’ sebagai pembuka sms.

Tapi setelah menerima pesan itu, saya berubah lagi. Beberapa hari ini, saya mengirim sms dengan awalan ‘Assalamualaikum’. Merasa tak enak hati gara-gara ada pesan itu. Dan anehnya, yang dikirimi sms pun seperti mengerti, mereka menjawab dengan lengkap pula ‘Wa’alaikumsalam’ atau ‘Alaikumsalam’. (Meski saya curiga, mungkin mereka juga sudah menerima pesan friendster itu dari masing-masing temannya..)

Saya mengerti, penggunaan singkatan dalam mengucapkan salam itu tidak bermaksud menghilangkan makna sebenarnya. Tapi semata ingin mengikuti pakemnya sebuah sms yang memang musti ‘short’. Toh, demi efisiensi waktu dan pulsa. Plus supaya jempol gak bengkak.. hehe..

Anyway, tau gak kalo ada penyakit yang khusus menyerang jempol akibat terlalu sering ber-sms ria? Namanya text message injury. Penyakit ini bisa menganggu kesehatan pergelangan tangan dan jempol, karena tangan sering berada dalam keadaan ‘mengambang’. Maksudnya, tidak di atas meja, juga tidak berada di atas kepala kita. Penyebabnya karena kita terlalu sering memakai sms di telepon genggam. Otot-otot pergelangan tangan akan terganggu, karena pada posisi yang tidak nyaman. Dan ibu jari kita terlalu besar untuk menekan tuts ponsel pada saat menulis message. Ibarat mesin, ibu jari ini bekerja tanpa minyak pelumas. Akibatnya aliran darah bisa terganggu. (Sumber : Majalah Kawanku edisi 53 thn. 2001, yang gambar covernya Agni Pratistha si Putri Indonesia 2006 itu tuh.. pake kaos kuning, lagi pegang bola bowling warna merah)

Ocre, back to ‘Assalamualaikum’ dalam sms..

Diantara beberapa teman yang pernah kirim sms ke saya, ada yang make singkatan yang sama seperti saya, ada juga yang make ‘Askum’, ada yang make ‘Aww’ (yang bikin saya suka jadi ketawa geli, mikir apa ni orang lagi digigit semut, pake teriak ‘Aww’ segala..), ada yang make ‘Asw’, ada yang make ‘Asslm’, ada ‘Assl’, wuaa.. kombinasi hurufnya bisa banyak banget deh.. Mulai dari yang lazim dipake sampe yang aneh bin ajaib.

Tapi saya seneng-seneng aja.. Membudayakan ‘Assalamualaikum’ adalah tugas seorang muslim. Tebar salam, dimana aja.. Tapi tentunya lihat dulu orang yang dikirimin sms ya.. Jangan asal pake pembuka ‘Assalamualaikum’ kalo belum kenal atau belum tahu pasti agama orang yang dikirimin sms. Bisa dianggap gak sopan nanti, dianggap menghina, yang paling parah, bisa dituduh melakukan ‘Islamisasi’. Nah lho? Parah banget yak?

By the way, saya dapet 100 sms gratisnya kartu As nih. Assiikk.. Bisa sms-an sampe gempor deh.. Kirim-kirim pesan ‘hey-aku-pamer-dapet-sms-gratis-nih’ buat sesama pengguna Telkomsel. Hehe.. gak deng.. InsyaAllah gratisannya dipergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat kok.. Hayoh, semmangkaaa!!!

Monday, June 18, 2007

Berharap Durian Runtuh

Sungguh tidak ada yang salah dengan hal itu. Pengharapan membuat perjuangan hidup jadi lebih bermakna. Seolah ada pendorong, motivasi, yang menyemangati kaki untuk melangkah kedepan. Ada yang merangkul, ada yang menepuk bahu, ada yang memeluk, ada yang tersenyum, yang menentramkan hati. Ada yang diajak tertawa dan menangis bersama-sama. Bagi saya, pengharapan datang dari orang-orang tercinta, yaitu teman dan keluarga.

Saat ini, saya berharap akan sebuah keadaan dimana saya merasa nyaman. Saya berharap ada ‘durian runtuh’. Sebuah frase berkonotasi yang menggambarkan keberuntungan bagi yang ‘diruntuhi’. Keberuntungan bukanlah kebetulan. Sejujurnya, saya tidak percaya ada hal yang terjadi karena kebetulan.

Saya berharap, kebingungan saya selama ini akan ada penyelesaiannya (bukan sekedar pemecahan. Karena sesuatu yang dipecahkan, justru akan menjadi kepingan kecil, tapi tetap ada disana, tidak menghilang).

Saya sebentar lagi harus mengambil keputusan. Antara harapan saya dan harapan orangtua. Saya berharap bisa melanjutkan kuliah di universitas terbaik (paling tidak menurut ukuran saya). Itu berarti saya kembali harus meninggalkan rumah, pergi jauh keseberang pulau. Meninggalkan kedua orangtua untuk kedua kalinya dalam jangka waktu yang lama. Tapi saya merasa bersalah.

Orangtua saya tidak keberatan. Mereka bahkan mendukung, menyemangati. Tapi kalau boleh memilih, saya tahu mereka lebih suka saya tinggal disini, bersama mereka. Saya bimbang. Merasa jadi anak durhaka. Setelah apa yang sudah mereka berikan, saya malah pergi meninggalkan mereka. Saya tidak ingin di hari tuanya, mereka malah hidup sendiri, kesepian di rumah, tanpa ada yang menemani. Anak macam apa saya ini?

Ketika mereka nanti sudah renta, sudah sakit-sakitan, tidakkah mereka merasa sakit hati telah ditinggalkan oleh anak-anaknya? Habis manis sepah dibuang. Demi Allah yang menggenggam hidup saya, itu adalah hal terakhir yang ingin saya dengar dari bibir kedua orangtua saya. Saya tidak rela membiarkan mereka menderita di hari tuanya. Saya tidak rela menyerahkan tanggung jawab mengurus mereka kepada orang lain. Sama seperti tidak relanya mereka menyerahkan tanggung jawab mengurus saya ketika saya masih kecil.

Saya anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak perempuan saya sudah berada jauh di Purwokerto, bersama anak dan suaminya, membangun sebuah kehidupan disana. Rasanya sulit, bahkan untuk sekedar berharap bahwa mereka akan pindah ke Palembang. Adik laki-laki saya sebentar lagi akan menduduki bangku smu. 3 tahun dari sekarang, dia pasti akan pergi jauh juga. Saya tahu, saya bisa membaca dari gelagatnya.

Terlebih lagi, saya ditakdirkan untuk pulang setelah 2 tahun berada di Jakarta. Apakah ini memang ketentuan Allah, bahwa saya memang harus berada disini? Kalau kemudian saya memiliki keinginan untuk pergi lagi, apakah saya salah? Apakah saya melawan?

“Ummi, kamu pulang aja ya…” Begitu kata-kata ibu di telepon sekitar 10 bulan yang lalu. Saya menangis, ibu menangis, bapak menangis. Sungguh berat rasanya mengambil keputusan itu. Tapi saya tidak menyesal, karena disini saya belajar lagi untuk semakin mencintai dan menghargai jerih payah kedua orangtua saya. Saya sering merasa heran, bagaimana mungkin mereka bisa bertahan menghadapi tingkah laku saya yang terkadang masih kekanak-kanakan. Terkadang masih suka melawan, mendiamkan, kesal pada keduanya. Saya seolah benar-benar sudah bisa merasakan hawa panas neraka di ujung jemari kaki saya…

Sekarang saya harus bagaimana? Sembari terus berharap akan adanya ‘durian runtuh’ itu, saya juga terus berusaha membahagiakan keduanya. Berharap saya diberi banyak waktu untuk membalas kebaikan keduanya. Sebelum terlambat.

Saturday, June 09, 2007

purple painted door

the morning dew
has just about to make the first drop
from the tree top
the night before the sun comes shily shine

we put up the hat
and tight up the shoe
prepared for a new
seeds that'll come through

since they're afraid
but we're also scared
that we cannot be
what we supposed to be

when sky turns out to be red
it's time for us to come back to the shed
but the moments that we had together
might be the best time ever

Dua kematian dalam 1 minggu

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Hari Rabu ba'da maghrib, tiba-tiba aja mbak Yuyun (kakak perempuan saya) nelpon dari Purwokerto. Ibunya Mas Hendri (suaminya mbak Yun) meninggal dunia di Binjai karena sakit ginjal . Mas Hendrinya sendiri sebenernya udah dari kemarennya tau kalo ibunya sakit keras, mas Hendri udah disuruh pulang ke Binjai. Dan Maghrib itu, sebenernya udah di perjalanan ke Bandung, tempat uwaknya, trus dari Bandung baru sama-sama uwaknya berangkat ke Binjai. Tapi udah gak keburu...

Kebetulan sore itu saya yang nerima telpon, suaranya mbak Yun aneh... Bergetar... Sedih ya... Saya juga jadi ikut sedih, mertuanya mbak Yun berarti 'orangtua' saya juga. Kasihan sama mbak Yun, sendirian di kontrakan sama dede' Farah. Mbak Yun ga bisa ngikut, wong masih kuliah, udah gitu dede' juga blm bisa dibawa jauh-jauh.

Hari Jum'at sore, ibu baru pulang dari kantor. Bawa berita heboh. Pak Simamora ditembak mati. Pak Simamora itu guru SMP saya, beliau ngajar pelajaran Sejarah. Terkenal killer plus galak. Tapi Pak Simamora juga suka ngelucu... aneh ya...

Kejadiannya di deket kantor ibu, yang juga deket rumahnya Pak Simamora. Beliau ditembak orang gak dikenal. Saya gak habis pikir, kok bisa ya? Pak Simamora kan udah tua banget. Sekarang umurnya mungkin udah 50 atau 60-an. Ada masalah apa ya?

Saya bingung. Dua 'orangtua' saya dijemput ajal dalam dua cara yang berbeda. Mengingatkan saya betapa ajal begitu dekat, sangat dekat bahkan terlalu dekat. Nah, sudah siap belum?

Thursday, June 07, 2007

just a thought

Setelah dipikir-pikir lagi, saya gak yakin saya mau kerja kantoran. Sifat saya yang cenderung moody dan gampang bosan, rasanya gak cocok dengan rutinitas semacam itu. Mungkin1 Tahun pertama saya masih bisa bertahan, tapi memasuki tahun kedua dan seterusnya, saya gak bisa jamin.

Seperti saat ini. Sudah hampir 1 tahun saya belajar disini, sekarang saya sudah mulai bosan. Penyakit lama kambuh lagi. Mulai stress. Setiap kali mau berangkat, saya pasti langsung sakit perut. Saya pikir, rasa sakit perut itu adalah efek psikologis semata.. Sebagai imbas dari tekanan yang mengharuskan saya untuk kembali terjebak dalam sebuah rutinitas. Saya mulai jenuh.

Akhirnya, rasa sakit perut itupun menjadi alasan untuk tidak datang. Dianggap bolos, tidak juga. Dianggap sakit, tidak juga. Lantas apa? Pertanyaan ini yang membuat saya bingung.. Termasuk pada saat saya 'ditodong' untuk memberikan penjelasan mengenai absensi saya sewaktu kuliah di STAN. Hmm.. apakah saya berbohong dengan menyatakan bahwa saya sakit?

Anyway, itu bukan hal yang ingin saya bahas disini.

Berbekal pengetahuan atas sifat dan kecenderungan diri sendiri itulah, saya mulai mencari alternatif. Apakah bekerja semi-kantoran? Atau bekerja dengan membuat usaha sendiri? Atau tidak usah bekerja sama sekali?

Pilihan No.1. Bekerja Semi-Kantoran
Yang saya maksud disini adalah saya tetap bekerja pada sebuah perusahaan. Tapi pekerjaan itu tidak mengharuskan saya untuk datang ke kantor setiap hari. Jadi, saya bisa menyelesaikan tugas-tugas saya di rumah. Datang ke kantor sekali-sekali saja kalau benar-benar diperlukan. Pekerjaan kayak gini emang ada kan? Tapi biasanya pekerjaan begini menuntut keahlian (skill) yang tinggi pada bidang tertentu kan? Buat saya yang belum punya pengalaman, kayaknya sulit deh..

Pilihan No.2. Buat usaha sendiri.
Kedengarannya menantang ya? Saya kemudian mencoba menginventarisasi hal-hal yang dibutuhkan untuk menjalani pilihan ini. Modal berupa uang. Keuletan. Kesabaran. Kreativitas. Daya saing. Hmm.. apa lagi ya? Dan dari kesemuanya itu, saya langsung bisa mendengar suara orang-orang yang mentertawakan saya...

Pilihan No.3. Tidak bekerja sama sekali.
Saya bisa mati kebosanan seharian ada dirumah dan tidak melakukan apa-apa. Saya kira kalimat itu sudah cukup menjelaskan betapa pilihan ini sangat tidak mungkin sekali saya ambil. Saya bahkan tidak mengerti, bagaimana caranya pikiran kayak gini bisa menyusup ke dalam otak saya??? Saya tidak bisa selamanya menggantungkan diri pada orang lain. Entah pada orangtua, atau pada suami (kalaupun seandainya saya nanti akan menikah..). However, secara finansial, saya memang gak bisa menggantungkan diri pada siapapun.. Intinya.. I have to make my own money..

Wait.. wait.. Saya ini kenapa sih?!
After all, saya cuma seorang saya. Rasanya, semua hal ini lebih baik hanya menjadi mimpi manis yang bintang utamanya adalah saya (BUKAN dewi persik..). But you know what? I've learn something dari acara tv yang judulnya Kampus Extravaganza :

"Kamu tau apa yang harus kamu lakukan untuk mewujudkan mimpi?"
"Hmm.. apa?"
"Cuma 1 hal. Kamu harus BANGUN!!!"

Hhh.. secara tiba-tiba saya merasa sangat bersalah karena telah berkali-kali menguap di pelajaran Perpajakan hari ini.


-sebuah pemikiran pengusir kantuk
di tengah (menjelang akhir) pelajaran
Perpajakan hari ini-